Dec. 16, 2022

Tips PDKT Sama Anak, Biar Tambah Akrab dan Kompak!

Layalia Fatharani

Penulis Artikel & Ibu Rumah Tangga

@ranaio

Siapa disini yang lagi merasa berjarak sama anak? Entah karena kesibukan kita atau mungkin karena anak yang sedang seru sendiri? Kalau begini terus, koneksi antara ibu dan anak semakin berkurang nih. Mungkin berbagai usaha untuk “nyambung” lagi sama anak telah kita lakukan. Namun ada kalanya anak terlanjur enggan dan belum mau membuka diri.

Ternyata ada penyebabnya nih bu. Menurut KLAY Pre-school & Day Care yang berada di India, ada empat hal yang bisa menyebabkan anak jadi berjarak dengan orangtua. Apa saja sih keempat hal tersebut? Untuk yang penasaran, simak terus ulasan berikut ini.

4 Penyebab Hubungan Ibu dan Anak Berjarak

1. Hyper-parenting

Sebagai Ibu, wajar jika kita khawatir terhadap apa yang dialami anak. Namun, sebisa mungkin tidak perlu berlebihan yah Bu. Contohnya ketika anak terjatuh dari sepeda, kita langsung buru-buru gendong tanpa memberi kesempatan pada anak untuk mencoba lagi. Atau saat anak rebutan mainan dengan temannya, kita langsung suruh mengalah atau intervensi tanpa memberikan kesempatan untuk berinteraksi.

Nah, kedua contoh tadi bisa termasuk dalam pola hyper-parenting di mana orang tua terlalu terlibat dan protektif. Hyper-parenting membuat anak merasa tidak diberi kesempatan untuk mencoba dan diterima persepsinya akan sesuatu. Akhirnya anak malah merasa kurang percaya diri setiap kali ingin berpendapat. Ujung-ujungnya malah membuat hubungan Ibu dan anak jadi merenggang. Tentunya nggak mau kan Bu?

2. Overreaction Terhadap Kesalahan Kecil

Nah, ini nih yang terkadang suka kebablasan sebagai Ibu. Terkadang kita suka bereaksi marah berlebihan pada anak, padahal dia nggak sengaja berbuat demikian. Niatnya jadi Ibu bidadari, tapi malah keluar tanduk tanpa sadar. Bener nggak nih Bu?

Jika hal ini terlalu sering terjadi, bisa membuat anak berjarak dengan kita lho Bu. Walaupun sulit, sebaiknya kita usahakan supaya bisa lebih chill saat memberikan respon pada anak.

Contohnya, ketika air tumpah saat anak mengambil minum, cukup merespon dengan kalimat seperti, “Wah airnya tumpah, adik sedang coba tuang yah tadi? Tolong ambil lap yah. Air yang tumpah perlu di lap supaya nggak membahayakan orang lain”.

Jadi, tanpa perlu berespon berlebihan, anak tetap paham bahwa itu bisa membahayakan dan anak jadi belajar bertanggung jawab. Ibu jadi saving energy dan juga saving your relationship with your kids lho Bu!

3. Kurang Menghabiskan Waktu Berkualitas

Setuju nggak bu, kalau kesibukan kadang menjauhkan kita dari anak? Padahal anak butuh quality time juga sama kita. Nah, sebenarnya apa sih yang dimaksud berkualitas? Apakah harus lama dan seharian penuh?

Ternyata bukan itu maksudnya Bu. Menghabiskan waktu berkualitas berarti Ibu memberikan waktu dengan hadir sepenuhnya, tanpa distraksi seperti main handphone atau sambil nonton drama yang ongoing. Iya sih Bu bikin penasaran ya drama-drama itu, tapi main lima belas menit bareng anak ternyata cukup berkualitas lho Bu untuk menjaga keakraban dan kekompakan.

4. Mengajukan Ancaman Kosong

Mengajukan ancaman kosong kayaknya sudah jadi habit sejuta Ibu di Indonesia. Bener apa bener? Bahkan tanpa sadar, kalau lagi dikejar waktu kita sering kelepasan pakai ancaman kosong. Misalnya ketika waktu bermain di playground telah habis kita bilang, “Ayo, kalau nggak mau udahan mama tinggal ya”. Padahal sebetulnya kita pun tidak akan tega meninggalkan anak.

Walau “efektif” ternyata mengajukan ancaman dengan hal yang tidak akan kita lakukan atau disebut ancaman kosong, lama-lama akan membuat anak tidak percaya lagi dengan kita. Mereka akan belajar bahwa sebenarnya kita tidak akan benar-benar melakukan itu. Jadi, hati-hati yah Bu dengan ucapan kita kepada anak.

meme-Tips-PDKT-sama-anak-bu-Ranai (2) (1).png

Lalu Bagaimana Solusinya?

Nah, apabila hubungan Ibu dan anak sudah terlanjur renggang, ternyata ada solusinya! Menurut Goldings (2014), ada beberapa sikap pengasuhan yang dapat membantu orang tua untuk dapat terhubung dengan anak secara emosional yang disingkat dengan PACE yaitu Playfulness, Acceptance, Curiosity, dan Empathy.

Kita coba simak yuk agar jadi cara jitu membangun kelekatan dengan anak!

1. Playfulness

Ketika berkegiatan dengan anak, penting sekali untuk kita terlibat secara playful. Saat bermain, kita bisa memposisikan seolah kita seperti teman main mereka. Fun fact-nya, metode playful ini juga bisa jadi media kita menyalurkan inner child kita yang terpendam lho bu! Hitung-hitung bisa jadi cara refreshing dari kejenuhan tugas kita sehari-hari. Selain itu, rasa bahagia yang anak rasakan akan membuatnya lebih terbuka dengan kita, sehingga koneksi pun akhirnya bisa terjalin. Anak senang, Ibu pun tenang!

2. Acceptance

Menerima di sini bukan berarti kita memperbolehkan anak berperilaku semaunya. Jadi, sebisa mungkin kita merespon dan tidak mengabaikan apa yang anak rasakan atau utarakan. Ibu bisa mencoba untuk menerima emosi dan pemikiran mereka, sambil tetap menjelaskan aturan yang baik dan benar.

Di sini Ibu juga boleh untuk menjelaskan konsekuensi yang bisa terjadi, apabila keinginan anak memberikan dampak negatif bagi dirinya ataupun orang lain. Dengan metode acceptance, anak pun merasa nyaman untuk mengutarakan yang mereka rasakan sehingga diharapkan koneksi akan lebih terjalin.

3. Curiosity

Sesuai dengan artinya, kita bisa terbuka dan punya kebutuhan untuk tahu apa yang sedang anak minati dan apa yang dia rasakan. Dengan demikian, diharapkan anak pun menjadi terbuka dan akhirnya bonding pun semakin terjalin.

Akan tetapi perlu juga tetap hargai privasi mereka ya, Bu. Jika tidak ingin bercerita, kita tidak perlu sampai memaksa kok demi menunjukkan curiosity.

4. Empathy

Walaupun kita tidak harus selalu setuju dengan apa yang anak rasakan, namun kita perlu menunjukkan bahwa kita memahaminya. Perkembangan emosi anak belum sempurna, sehingga sangat wajar apabila terkadang emosi mendominasi logika.

Tugas Ibu Jagoan lah untuk membimbing mereka, dan pastikan kita menunjukkan empati terlebih dahulu. Itu merupakan cara yang tepat agar kita bisa “masuk” menyetarakan diri dengan mereka. Setelah itu kita bisa berikan solusi berupa nasihat yang dapat membantu mereka untuk memecahkan masalah.

meme-Tips-PDKT-sama-anak-bu-Ranai.png

Nah, kira-kira Ibu jagoan udah pernah coba tips yang mana aja nih? Jangan lupa untuk share pada kolom komentar di bawah yah!

Yuk, kita coba lebih sering untuk menerapkan supaya kita makin jago lagi membersamai anak. Ibu bisa juga berdiskusi dan berbagi tips dengan para Ibu lainnya di komunitas Ibu Makin jago.

Referensi :

  • Golding,K.S. (2014). Connection Before Correction: Supporting parents to meet the challenges of parenting children who have been traumatized within their early parenting environments. Vol 40 (2). Consilience in action-Lesson from an International childhood trauma conference.
  • www.klayschools.com/blog/things-that-can-distant-a-child-away-from-the-parents/

infografis-Tips-PDKT-sama-anak.png


Share:

Artikel Terkait

- Dec. 10, 2022

Cari Tahu Yuk! Ini 4 Skill Utama Untuk Level Up Menjadi Ibu Jagoan

Baca selengkapnya >
- Feb. 4, 2023

Recap 1st Anniversary Ibu makin Jago: Biar Self Reward Lancar, Tabung Dulu Dananya!

Baca selengkapnya >
Cek Artikel Serupa

Comments

Add a Comment




Berlangganan

Jangan kelewatan artikel dan berita terbaru agar #Ibumakinjago ngatur cuan, jalanin bisnis, dan ngurus keluarga.

© 2023. Persembahan Ibu Punya Mimpi dan Bank Jago