Mengajarkan Anak Literasi Finansial, Mulai dari Mana, Ya?

Layalia Fatharani

Penulis Artikel & Ibu Rumah Tangga

@ranaio

Hai, Ibupreneur! Apa kabar? Semoga kabarnya sehat fisik, mental, finansial yah.

Kali ini Bu Mina mau bahas tentang kecerdasan finansial. Yakin deh, Ibupreneur pasti udah tahu yang namanya dasar-dasar finansial. Dari mulai mencatat cash flow, dana darurat, dana pendidikan, dana pensiun, dan lainnya.

Tapi, kira-kira buat mengajarkannya si kecil, Ibupreneur sudah pada tau belum ya? Kalau ketika kita sudah mengajak anak disiplin menabung, itu artinya kita sudah mengajarkan kecerdasan finansial?

Ternyata belum tentu, lho.

Masih banyak orangtua yang mengira kalau mengajarkan kecerdasan finansial ke anak cukup dengan membiasakan menabung. Padahal, definisi dari literasi keuangan adalah sebuah kemampuan untuk mengerti dan menggunakan berbagai keterampilan yang efektif buat mengelola uang seperti; mengatur keuangan keluarga dan pribadi, budgeting, dan investing (investopedia.com).

Kita sendiri pasti mengalami yah Bu, ketika dewasa dan semakin banyak pengeluaran, ternyata menabung aja mungkin gak cukup. Itulah pentingnya mengajarkan literasi keuangan atau kemampuan mengelola uang pada anak kita sejak dini, bahkan sebelum masuk TK.

Nah, buat mereka, ada beberapa tahapan penting nih. Informasi ini Bu Mina dapatkan dari webinar yang diadakan seorang selebgram sekaligus certified financial planner dan juga seorang Ibu dari satu anak, yaitu Ibu Annisa Steviani.

Berikut langkah-langkah mengajarkan kecerdasan finansial buat anak kita. Yuk, kita simak, bu!

Langkah mengajarkan kecerdasan finansial ke anak

#1 Jelaskan cara menghasilkan uang (Gaining)

Beberapa anak mengira kalau uang itu selalu bisa diambil dari mesin ATM. Padahal, uang adalah alat tukar dan jumlahnya terbatas (bisa habis). Jadi, pertama-tama kita bisa jelaskan kalau orang dewasa itu bekerja buat menghasilkan uang yang kemudian dipakai untuk bertahan hidup sehari-hari.

Kita juga bisa kasih pemahaman bahwa ketika dewasa, kita harus punya kemampuan untuk menghasilkan uang. Jika anak-anak masih usia dini, Ibu bisa mulai dengan permainan jual beli sederhana. Lalu seiring bertambahnya pemahamannya, sisipkan pesan seperti “Wah, uangnya habis, jadi kita tidak bisa beli barang lagi”, atau “Wah kita harus bekerja dulu untuk mendapatkan uang lagi”, dan sebagainya.

Tips di atas Bu Mina dapatkan dari seorang psikolog anak yang bernama Farras Muhdiar, M.Psi, Psikolog. Dengan mengenalkan anak tentang konsep bekerja ini juga bisa memunculkan motivasi anak buat belajar menghasilkan uang ketika sudah waktunya.

#2 Ajarkan anak cara berbelanja (Spending)

Nah, ini juga hal yang menurut Bu Mina cukup sering terlupakan dan sangat mungkin terbawa hingga usia dewasa.

Hayoo... adakah Ibu yang masih suka beli barang karena diskon padahal gak butuh amat? Beli karena semua orang sudah punya? Atau impulsif membeli sesuatu buat alasan self-reward, beli barang ketika kita lagi senang, lagi sedih, dan sebagainya.

Ibu Makin Jago Disiplin Menabung

Mungkin, ini terjadi karena kita gak pernah diajarkan berbelanja. Yuk, kita ajarin anak untuk belanja secara sadar, dimulai dengan memilih barang dari segi harga, kualitas, dan yang terpenting adalah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Nah sering kejadian nih, misalnya ketika melihat teman-temannya punya suatu barang, anak pun jadi FOMO (Fear of Missing Out) dan pengen beli juga. Kita bisa mengarahkan si kecil buat membeli barang yang memang benar-benar diperlukan, disini diskusi kalem sangat berperan.

Terkadang anak juga pengen beli beberapa barang sekaligus, kita bisa bilang kalau uang yang dimiliki bukan untuk dihabiskan beli barang semua, kita harus menyisihkannya buat menabung dan hal lainnya. Maka anak harus memilih satu dari beberapa barang yang benar-benar diinginkan, walau sebenarnya kita punya kok buat membeli semua yang ia mau.

Ketika semakin besar, anak bisa diajarkan untuk mengajukan proposal saat ingin dibelikan barang tertentu. Dengan begitu, anak dilatih buat menyusun alasan dan konsekuensinya supaya lebih paham terkait kebutuhannya sebelum memutuskan membeli sesuatu.

Kita bisa mendampingi anak membuat wish list barang-barang yang diinginkan lalu kurasi atau susun berdasarkan prioritasnya dari yang paling penting sampai tidak. Setelah itu, diskusikan dengan anak strategi apa yang bisa dilakukan buat mencapainya. Menurut Greenpath Financial Wellness, kita juga harus mencontohkan perilaku kita dalam berbelanja kepada anak. Misalnya ketika kita melakukan grocery shopping, ajak anak dan libatkan dia berdiskusi dalam proses “pengambilan keputusan“ dalam berbelanja. Kenapa beli yang ini, bukan yang itu.

#3 Ajarkan dan dorong anak untuk berbagi (Sharing)

Di ilmu finance sendiri, berbagi adalah langkah yang perlu dilakukan sebelum menabung. Jelaskan pada anak bahwa di harta kita, ada juga hak orang lain. Berbagi sendiri tentunya mendatangkan perasaan senang, bukan? Kalau Bu Mina, biasanya akan bilang kalau uang yang kita dapatkan juga jadi lebih bermanfaat karena bisa dirasakan oleh orang lain juga. Kita bisa tanya kepada anak seperti: “Mau sharing berapa sama orang lain? Uangnya mau dikasih ke kakak yang jualan di jalan itu gak? Mau diberikan sebagian ke adik-adik yang gak punya mainan itu?”

#4 Disiplin menabung dan investasi (Saving)

Nah, kalau dulu kita lebih familiar dengan diajarkan menabung, ternyata disini menabung justru langkah terakhir. Jadi, inti dari menabung adalah mengajarkan pada anak bahwa kita harus mampu menunda kesenangan demi tercapainya tujuan yang lebih besar atau lebih dibutuhkan (delay gratification to something bigger). Selain itu kita juga mengajarkan bahwa sebagai manusia, kita tidak hanya hidup di hari ini. Maka kita perlu menabung untuk keperluan di masa depan.

Contohnya ketika anak menginginkan sesuatu tapi dia belum punya cukup uang (misalnya jatah mainannya per bulan kurang dari harga mainan dan baru bisa terkumpul bulan depan). Disini kita bisa mengajarkan anak menunda sampai uangnya terkumpul.

Gak jarang terjadi nih Bu, kalau sama keluarga lain misal kakek neneknya senang jajanin si kecil macem-macem. Nah, kalau kejadian seperti ini, kita bisa cerita kalau kita sedang mengajarkan anak tentang kecerdasan finansial dengan menyuruhnya menunggu, dan minta dukungan dari keluarga.

Menunda keinginan membeli barang ini sangat berkaitan dengan self-control ketika dewasa supaya mereka ga jadi pembeli yang impulsif atau emosional. Kalau anak terbiasa terpenuhi keinginannya harus sekarang juga, maka besar kemungkinan akan sulit juga untuk mau menunggu demi dapat sesuatu yang lebih baik.

Tips bonus dari Bu Mina

Kalau si kecil sudah sekolah dan mendapat jatah uang jajan, ajak ia buat langsung pisahkan mana yang bisa dibelanjakan, ditabung, dan diberi. Jika memungkinkan, buatlah kantong-kantong kecil tujuan finansial anak. Misal ingin menabung untuk mainan A, traveling, jajan B, buku C, course D, dan seterusnya. Tapi biasanya kalau disimpan secara fisik, anak jadi greget pengen langsung beli, alternatifnya Ibu bisa membukakan rekening supaya makin termotivasi disiplin menabung.

Tabungan digital dari Bank Jago bisa jadi pilihan kece karena banyak kantong-kantongnya bahkan bisa dikunci atau otomatis menyimpan. Kita juga bisa memisahkan kantong kita dengan kantong anak loh.. wah Ibu makin Jago finance dan gak pusing deh kalau begini.

Jika anak sudah bisa menguasai langkah di atas, terus dilatih ya Bu, harapannya ia pun bisa mengatur keuangan pribadinya nanti. Kemungkinan besar ketika dewasa anak makin jago mengatur keuangan keluarga juga. Bangun diskusi juga Bu, perkara uang seru kok buat diobrolin. Kita juga bisa membacakan buku-buku bertema ekonomi kepada anak seperti Rich Dad Poor Kid, atau buku anak tentang uang dan ekonomis sesuai umurnya. Ini juga tambahan tips yang Bu Mina dapat dari Psikolog anak Farras Muhdiar.

Yuk, kita belajar bareng lagi sama anak! Mengajarkan si kecil, tapi sekaligus jadi pengingat buat kita. Financial literacy atau literasi keuangan adalah dasar dari hubungan seseorang dengan uang, dan ini adalah perjalanan pembelajaran seumur hidup. Semakin awal kita memulai, semakin baik karena pendidikan adalah kunci penting dalam hal pengaturan uang.

Ibu sudah menerapkan yang mana nih? Share yuk Bu apa saja yang sudah/belum dilakukan dan apa tantangannya!

Mau tau lebih banyak tentang jago ngatur keuangan keluarga? Cek ini Bu !

Mulai belajar financial literacy dengan eksplor semua fitur Bank Jago di sini


ARTIKEL-INFOGRAFIS IBU LAYALIA.png


Share:

Artikel Terkait

Financial Support - May 13, 2022

3 Pelajaran Penting Mengatur Uang di Bulan Ramadhan Menurut Ibu Ranintia

Baca selengkapnya >
Financial Support - Feb. 25, 2023

Cara Atur Dana Darurat yang Ideal dari Dian Savitri Certified Financial Planner!

Baca selengkapnya >
Cek Artikel Serupa

Comments

Add a Comment




Berlangganan

Jangan kelewatan artikel dan berita terbaru agar #Ibumakinjago ngatur cuan, jalanin bisnis, dan ngurus keluarga.

© 2023. Persembahan Ibu Punya Mimpi dan Bank Jago