Begitu tahu Ibu sedang hamil, yang biasa dibayangkan adalah baju bayi yang lucu, peralatan bayi yang unyu, dan kegiatan gemuy yang bisa kita lakukan bareng anak. Pada saat itu mungkin beberapa Ibu ada yang sudah menyadari bakal muncul kebutuhan lain nih selain hal yang unyu-unyu, namun banyak juga yang belum sadar, termasuk Bu Mina. Kebutuhan apa sih itu?? Bener banget Bu, ini soal dana pendidikan anak.
Waktu Ibu hamil, siapa yang udah ngira kalo SPP anak SD tiap bulan, bisa lebih mahal dari SPP kuliah tiap semester?
Siapa yang udah ngira kalo pengen memfasilitasi anak mencari dan mendalami minat bakatnya, biaya datang gak hanya dari sekolah, tapi juga dari kegiatan di luar sekolah?
Dan siapa yang udah ngira kalo nabung di tabungan biasa dengan bunga sekitar 0,25-2% per tahun bakal sulit dipakai ngejar kenaikan biaya pendidikan yang sekitar 10-15%* per tahun?
Bu Mina sih gak ngira (ngacung tinggi-tinggi).
Kecuali kondisi khusus dimana Ibu punya kemampuan finansial yang kuat, Ibu dengan kekuatan finansial yang biasa-biasa aja (seperti Bu Mina ini), yang kalo belanja online masih mikir ongkir, perlu rencana untuk mempersiapkan dana pendidikan anak. Dan bagi Bu Mina nih,(setelah sadar) salah satu solusinya bisa dengan mulai investasi.
Ada yang bilang bahwa waktu terbaik untuk berinvestasi itu kemarin, dan waktu terbaik kedua untuk berinvestasi itu sekarang. Tidak ada kata terlambat bagi Ibu untuk mempersiapkan dana pendidikan anak.
Nah, sebelum negara api menyerang mari yuk kita susun rencana!
Analisa situasi dan prioritas keluarga
Bu Mina memulai dengan menganalisa prioritas keuangan keluarga, agar tiap langkah nanti gak ada tuh yang mengorbankan kesehatan finansial keluarga. Kita perlu mengakui apa adanya Bu, biar bisa mengukur secara realistis dan objektif.
Ibu bisa mulai dengan susun prioritas. Kira-kira posisi dana pendidikan saat ini se-urgent apa ya dibandingin dengan biaya lain seperti KPR, bisnis, dana darurat, belanja bulanan, atau dana hIburan? Hmmm tentu tiap keluarga punya urutan prioritas masing-masing ya Bu, yang penting disepakati bersama dulu.
Dari situ bisa kelihatan kira-kira area mana yang bisa diutak-atik untuk disisihkan jadi dana pendidikan anak. Misal, dari urutan prioritas Bu Mina, pengeluaran yang bersifat hutang adalah fixed gak bisa diganggu gugat. Sedangkan belanja kebutuhan dan hiburan kayaknya masih bisa diatur lebih ketat biar ada slot untuk menabung dana pendidikan anak.
Susun target sekolah
Walau nanti praktek bisa beda, namanya juga rencana persiapan, ya jelas akan butuh target. Untuk kali ini, targetnya tentang sekolah anak. Contoh pertanyaan yang perlu Ibu tanyakan bukan pada rumput yang bergoyang:
Setelah terkumpul jawabannya, target Ibu bakal bisa berubah menjadi sailormoon #eh, jadi bentuk yang lebih terlihat. Punya target yang terlihat itu penting, ibarat disaat Ibu ingin menyiapkan donat, Ibu bisa lebih fokus, tahu bentuknya, tahu butuh bahan apa, dan jadi donat yang prima, bukan jadi nagasari.
Apa sih maksudnya target terlihat? Dari jawaban-jawaban kondisi sekolah anak tadi, kan Ibu jadi bisa mulai mencari tahu lebih jelas berapa biaya yang diperlukan di tiap jenjang.
Dari situ bisa ketahuan berapa dana besar yang perlu disiapkan di awal (uang pangkal) dan berapa yang perlu ada secara rutin bulanan (SPP, les/klub). Sehingga muncul nominal yang nyata untuk Ibu menyiapkan dana pendidikan anak, artinya target terlihat.
Tapi perlu diingat bu, tidak semua yang mahal pasti lebih bagus kok, sekolah jaman sekarang bisa sangat beragam. Buat target sekolah sesuai dengan nilai, prioritas, dan kemampuan Ibu.
Mewujudkan Rencana Mencapai Target
Setelah Ibu tau sekolah mana dan berapa dana yang Ibu targetkan, Ibu bisa mulai memperjelas rencana untuk mewujudkan target itu. Misalnya, Ibu bisa memilih rencana untuk fokus menyiapkan uang pangkal dulu karena merasa SPP bisa tercover dari penghasilan rutin.
Atau...Ibu bisa memilih rencana untuk menabung bulanan sejumlah total nominal target Ibu dibagi durasi yang Ibu pilih dalam menyiapkannya. Ibu juga bisa mulai lebih spesifik meracik rencana darimana dana yang ingin disisihkan itu akan berasal. Kombinasi rencana bisa sangat beragam, sekali lagi, ini semua tergantung pilihan, prioritas dan kemampuan.
Apapun rencana Ibu, persiapan dana pendidikan anak bisa dimulai dari jumlah sesedikit apapun, yang penting mulai dari sekarang. Gak harus mulai dari banyak lho Bu.
Setelah Ibu terbiasa, Ibu bisa menaikkan jumlah uang yang akan Ibu simpan.
Sedikit tips dari Bu Mina dalam menjalani ini, karena di setiap rencana selalu ada kondisi praktik yang berbeda. Ibu bisa mulai dengan rutin mencatat progres menabung Ibu, lakukan evaluasi 3 bulanan, lihat apakah rencana Ibu setelah dipraktikan bisa berjalan dengan baik atau belum.
Nah, Ibu bisa banget lho gunain Kantong Bersama dari Bank Jago. Ibu dan suami bisa kerjasama ngumpulin dana pendidikan dan nge-track langsung pencapaian nabung Ibu. Keren banget gak sih?
Pilih keranjang
Setelah punya gambaran prioritas, target, dan rencana yang dipilih. Pertanyaan selanjutnya adalah, mau Ibu simpan dimana dana pendidikannya?
Di awal tadi, Bu Mina menyebut bunga tabungan sebesar 0.25%-2% per tahun akan sulit mengejar kenaikan biaya pendidikan yang bergerak 10%-15% per tahun. Dimana salah satu solusinya bisa dengan menyimpan dalam bentuk investasi. Membahas investasi di awal kelihatan belibet, tapi sebenarnya ada yang gak kok, Bu.
Yang anti ribet juga ada dan punya banyak pilihan, sebut saja “keranjang”. Karena ada yang bilang jangan menyimpan investasi hanya di 1 keranjang, simpan di beberapa keranjang berbeda. Nah sekarang Bu Mina mau bisikin beberapa variasi keranjang investasi yang bisa Ibu pilah-pilih.
Bentuk keranjang yang pertama adalah Deposito. Bunga deposito sekitar 4-6% per tahun. Kalau ingat kenaikan biaya pendidikan yang 10-15% memang belum bisa mengejar ya Bu. Tapi pilihan ini tetap lebih bagus daripada hanya disimpan di rekening tabungan biasa.
Keranjang kedua adalah emas. Dulu Bu Mina sering dengar bahwa emas itu investasi jangka panjang. Walau sering dengar tapi belum ngeh gitu apa artinya dalam praktik menabung. Dari pengalaman pribadi, Bu Mina belajar jenis investasi jangka panjang artinya jumlah uang yang Ibu putuskan untuk taruh disitu perlu jumlah yang bisa "direlakan".
Maksudnya, setelah punya emas dan disimpan, ikhlaskan untuk waktu yang lama, jangan dilirik-lirik lagi, Bu, nanti dia baper. Karena investasi jangka panjang “berbuah”nya lama, kecuali ada kondisi khusus, biasanya akan perlu waktu lebih dari opsi lainnya. Ibaratnya kalau deposito bisa berbuah setahun sekali, kalau emas belum tentu.
Ketiga, adalah keranjang dalam bentuk reksadana. Kalau berdasarkan jenisnya, reksadana punya ragam yang sangat bervariasi. Ibarat martabak awalnya dibagi 2 jenis, martabak manis dan martabak telur yang di dalamnya ada variasi lagi seperti oreo, coklat keju, telur ayam, telur bebek. Reksadana juga awalnya dibagi 4 jenis Bu, yakni reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan reksadana saham yang didalamnya ada variasi lagi, seperti martabak.
Dengan banyak penyederhanaan bagi Bu Mina sih… reksadana pasar uang adalah yang punya return terkecil tapi resikonya juga terkecil (contoh 4-6%), reksadana saham punya resiko terbesar tapi potensi return juga terbesar (contoh 17-30%), sedangkan pendapatan tetap dan campuran berada diantara keduanya.
Dan terakhir, keranjang keempat adalah dalam bentuk properti. Bu Mina banyak menemui teman yang memilih cara ini untuk mempersiapkan dana pendidikan anak. Mereka membeli properti tidak untuk ditempati, bisa dalam bentuk apartemen maupun rumah. Dengan tunai maupun dengan KPA atau KPR. Yang kelak menjelang anak menuju jenjang kuliah, properti tersebut dapat dijual dan dipakai membiayai perkuliahan. Properti pun bisa dikontrakkan untuk menambah pemasukan selama belum dijual.
Sebagai orang tua tentu kita melakukan ini demi memfasilitasi anak memenuhi minat bakat dan potensi maksimalnya. Memulai sedini mungkin dengan nominal sesedikit apapun merupakan awal yang diperlukan.
Menyusun rencana nyata yang sudah disesuaikan dengan prioritas dan kemampuan juga bagian penting dalam mewujudkan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan bantu Ibu semakin jago mempersiapkan dana pendidikan anak.
Butuh bacaan tambahan soal dana pendidikan anak? langsung ke sini.
Mulai langsung nyiapin dana pendidikan anak dengan download aplikasi Bank Jago