Estimasi waktu membaca: 4 menit
Apakah ibu pernah mendengar tentang pola asuh co-parenting? Konsep co-parenting berkaitan dengan bagaimana pengasuhan orang tua yang sudah berpisah terhadap anak. Konsep pengasuhan tersebut bisa untuk semua orangtua, terlepas dari status pernikahan yang masih berlangsung ataupun tidak. Untuk mengetahui tentang co-parenting lebih dalam, Ibu Makin Jago mengajak Ibu Fitri selaku pengurus Komunitas Single Moms Indonesia untuk bahas seluk beluk co-parenting. Simak terus ulasan Ibu Makin Jago berikut ini!
Komunitas Single Moms Indonesia atau biasa disebut SMI adalah support group atau komunitas yang memberi dukungan kepada para perempuan Indonesia yang berstatus sebagai Single Mom atau Ibu Tunggal. Single Moms Indonesia di dirikan oleh Ibu Maureen Hitipeuw pada tanggal 8 September 2014 dan terus berkembang hingga saat ini.
Single Moms Indonesia memiliki visi misi dimana ingin memberikan rumah aman dan nyaman bagi ibu tunggal di seluruh Indonesia. Selain itu, komunitas Single Moms Indonesia fokus untuk membuat single mom lebih berdaya tanpa adanya penghakiman. Saat ini komunitas Single Moms Indonesia dibimbing langsung oleh Facebook dan mendapatkan penghargaan sebagai salah satu komunitas yang membawa dampak positif di masyarakat.
Pada artikel ini kita akan membahas mengenai co-parenting yang mana informasinya akan di dapat dari ibu Fitri selaku mentor dari Komunitas SMI. Ibu Fitri berperan sebagai mentor atau "big sister" dalam mendampingi para single moms yang masih membutuhkan bantuan dan penguatan untuk digandeng, dalam menghadapi masa transisi pasca perpisahan dengan pasangan. Komunitas SMI memfokuskan pada pemberdayaan single moms yang bertujuan untuk menguatkan, membantu, dan menginspirasi single moms di Indonesia.
Berbicara tentang co-parenting, tidak jarang ada single moms yang masih belum memahami konsep berbagi pengasuhan tersebut. Mungkin sulit menemukan titik tengah dalam hal pengasuhan anak. Biasanya ujung-ujungnya malah berkonflik, sehingga pengasuhan anak hanya terjadi di satu pihak saja. Supaya tidak terjadi hal seperti itu, mari kita telusuri lebih jauh mengenai co-parenting untuk single moms.
Baca juga: Gaya Parenting Bisa Pengaruhi Keputusan Finansial Anak di Masa Depan. Apa Iya??
Co-parenting adalah pembagian tanggung jawab untuk membesarkan anak, di mana orang tua yang sudah tidak hidup bersama, bekerja sama untuk membesarkan anak pasca perpisahan (dictionary.cambridge.org).
Ibu Fitri juga memaparkan bahwa sebuah hubungan antara pihak ayah maupun ibu yang terlibat aktif dalam pengasuhan anak juga bisa dikatakan sebagai co-parenting lho! Namun hal itu tidak hanya dari pihak ayah dan ibu saja namun juga termasuk kerabat yang punya hubungan dekat dengan keduanya.
Co-parenting sangat penting bagi orangtua paska perpisahan, sebagai wujud cinta kasih serta tanggung jawab kepada anak. Co-parenting ini dapat dilakukan oleh orang tua baik yang menikah, masih menikah, tidak menikah maupun tidak lagi menikah. Selain itu pihak kerabat yang berniat membantu proses co-parenting tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan untuk penyaluran tali kasih kepada anak.
Sementara bagi anak, tentunya wajib untuk mendapatkan pola pengasuhan yang baik. Dimana melibatkan semua pihak, terutama orang tua juga tentunya. Hal ini akan menanamkan vibrasi cinta yang begitu besar, sehingga anak akan tumbuh dengan sifat welas asih yang tinggi, rasa keberhargaan serta kepercayaan diri yang tinggi karena merasa kelahirannya diinginkan.
Sekarang ibu sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan co-parenting. Namun, sudahkah ibu mengenal konsep co-parenting? Atau mungkin rasanya kurang familiar? Menurut ibu Fitri hal itu mungkin karena pola pikir semata. Anak tidak hanya subjek yang bisa kita dapatkan dengan begitu saja, namun juga harus dipertanggung jawabkan apapun kondisi rumah tangga saat ini.
Memiliki anak tidak hanya ketika kita berhasil melahirkannya ke dunia, namun bagaimana kemudian kita sebagai orang tua mampu bertanggung jawab dengan tumbuh kembangnya. Bahkan akan lebih baik lagi bila bisa terlibat aktif dalam pengasuhannya dan memberikan nilai-nilai yang baik dan penuh kasih apapun keadaannya.
Walaupun di Indonesia kebanyakan pasangan yang berpisah sulit menemukan titik tengah dalam hal pengasuhan anak, namun hal tersebut dapat dihindarkan dengan pola asuh co-parenting yang tepat.
Kesadaran, pemahaman dan tanggung jawab adalah tiga hal utama dalam menjalani peran menjadi orang tua. Perlu dipahami bahwa perpisahan hanya dapat terjadi antara suami dan istri, itupun hanya sebatas berhenti menjadi suami dan istri, namun tidak pernah ada kata perceraian antara orang tua dan anak. Apabila selesai menjadi suami dan istri, kedua orang yang sebelumnya berada dalam jalinan pernikahan akan selamanya tetap menjadi orang tua bagi anaknya. Apabila sosialisasi tentang mindset tersebut bisa dipahami secara luas, diharapkan dapat meminimalisir rasa sakit yang dirasakan anak karena perpisahan kedua orang tua.
Perpisahan antara orangtua tentunya akan selalu memberikan dampak pada anak. Dengan mengaplikasikan co-parenting ternyata akan mengurangi dampak negatifnya lho bu!
Anak bisa belajar tentang nilai moral bagaimana kedua orang tuanya tetap mencintainya sekalipun sudah tidak lagi menikah. Selain itu anak akan tetap melihat orang tua sebagai manusia yang bisa melakukan kesalahan namun tetap berjuang untuk mencari solusi atas kekeliruan yang dibuat.
Nggak salah kalau ada yang mengatakan orangtua adalah contoh terbaik untuk anak. Baik bersama ataupun tidak bersama lagi, ternyata anak akan selalu memandang orangtua sebagai panutan dalam kehidupannya.
Baca juga:Dilema Mindful Parenting by Ibu Halimah: Apakah Marah Cara Yang Tepat Untuk Anak?
Untuk ibu yang penasaran tentang cara melakukan co-parenting, di sini ibu Fitri membagikan tipsnya lho! Ibu bisa memulainya dengan memberi waktu bertemu bagi anak dengan mantan pasangan. Pastikan ibu tidak mendiskreditkan salah satu pihak apapun keadaannya. Jangan lupa, ibu juga bisa melibatkan pihak lain (pihak dalam maupun luar) agar co-parenting dapat berjalan dengan baik. Antara lain seperti kakek, nenek, paman, bibi (pihak dalam) dan day care atau nanny (pihak luar).
Tidak hanya itu, dikutip dari Raisingchildren.net.au ada juga beberapa cara lainnya yang bisa ibu lakukan demi kelancaran co-parenting ibu dan mantan pasangan. Ibu bisa membantu anak untuk merasa terhubung dengan para orangtua, dengan cara mencoba bersikap positif apabila orangtua sedang bertemu. Jangan lupa untuk menerima gaya pengasuhan yang berbeda, karena sangat mungkin gaya pengasuhan ibu berbeda dengan mantan pasangan.
Pokoknya try to be flexible apabila ada jadwal yang nggak sesuai satu sama lain. Saling memberi informasi terbaru tentang anak kepada mantan pasangan juga nggak kalah penting sehingga saling mengetahui keadaan anak.
Nah, sekarang ibu sudah memahami mengenai co-parenting dan bagaimana caranya berbagi pengasuhan. Pesan dari ibu Fitri, supaya ibu tidak patah semangat dan jangan menyerah untuk terus memberikan vibrasi cinta pada buah hati. Biar ibu makin semangat, jangan lupa untuk bergabung di komunitas Ibu Makin Jago yuk bu!
Di komunitas Ibu Makin Jago, ibu bisa mendapatkan informasi seputar financial tentang bagaimana digitalisasi keuangan melalui aplikasi Jago. Selain itu ibu juga mendapatkan informasi seputar mental health, self development dan juga parenting lho! Klik di sini untuk bergabung di telegram Ibu Makin Jago!
Referensi:
https://raisingchildren.net.au/grown-ups/family-diversity/co-parenting/co-parenting
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/co-parenting