Estimasi waktu membaca: 5 menit
Banyak jalan menuju Roma, sebanyak jalan itu juga cara untuk menunjukkan kasih sayang kepada Ibu mertua. Namun terkadang untuk dekat ataupun berkomunikasi dengan terbuka menjadi hal yang sulit. Mungkin Ibu sering kan dengar istilah, “Ahh ngomong doang mah gampang”, berarti seharusnya “ngomong” atau berbicara itu jadi hal yang paling mudah dilakukan ya. Tapi kenapa ngobrol sama ibu mertua kok rasanya susah banget ya, ada merasakan hal yang sama?? Ayok, ngacung!!
Menurut sebuah studi penelitian menyebutkan 17 ibu mertua mendeskripsikan hubungan mereka dengan menantu perempuannya sebagai suatu hal yang “menegangkan”, “sulit”, dan “tidak nyaman”. Begitu pula dengan menantu perempuan juga menyebutkan hal yang sama. Bahkan 10% ibu mertua menyebutkan bahwa menantu perempuannya adalah musuh bagi mereka.
Bisa begitu ya, apakah karena sifat natural perempuan yang kompetitif dimana terdapat dua orang perempuan yang mencintai satu laki-laki? Lalu, bisa nggak ya antara menantu dan ibu mertua bisa “ngobrol” asik?
Komunikasi adalah kunci dalam hubungan. Terdengar sangat klise ya Bu, tapi benar adanya. Tidak jarang dalam hubungan keluarga, kita sering mendengar kalimat, “Nggak tahu cara ngomongnya harus gimana”. Bahkan terkadang untuk ngobrol dengan orangtua sendiri saja masih kesulitan, bagaimana dengan ibu mertua yang notabene baru ketemunya setelah kita menikahi anaknya.
Kira-kira bagaimana ya cara antara menantu dan ibu mertua bisa ngobrol asik dan lebih dekat? Biar jadi Ibu Jagoan, coba 7 tips dekat dengan Ibu mertua dibawah ini:
Supaya lebih dekat dengan Ibu mertu, Ibu bisa coba gunakan teknik komunikasi I-Message. Teknik komunikasi ini menekankan pada apa yang saya rasakan, apa yang saya inginkan, dan kenapa. Bukan pada apa yang kamu lakukan atau apa kesalahanmu.
Misal ketika anak kita dikomentari oleh Ibu mertua terlalu kurus di depan sanak saudara, kita bisa sampaikan dengan cara “Bu, saya malu tadi ketika Ibu mengomentari berat badan si kakak di depan saudara-saudara. Saya inginnya kalau Ibu mau mengomentari soal kakak ketika kita sedang berdua saja ya bu, kakak sedang GTM karena gusinya bengkak jadi makannya sedang sedikit”.
Ketika yang muncul kata “saya” (I dalam bahasa Inggris), pada lawan bicara akan muncul sikap ingin memenuhi kebutuhan, mendengarkan, dan ingin mencari solusi yang lebih baik. Ada perasaan dihargai, dihormati, dan dibutuhkan terlebih yang dihadapi adalah Ibu mertua yang secara usai jelas jauh diatas kita.
Tidak semua orang terbiasa mengungkapkan maaf, banyak yang gengsi atau bahkan merasa tidak perlu untuk minta maaf. Rasa-rasanya kalau minta maaf duluan karena seringnya dianggap lemah dan tidak berguna, sering merasa seperti itu tidak bu?
”Bukan aku yang salah, kenapa aku yang disuruh minta maaf?”. Padahal mengungkapkan maaf sesederhana, “Boleh nggak saya perbaiki, Bu?”. Banyak pengganti kata maaf yang dapat kita utarakan yang memiliki makna sama, bahkan lebih dalam karena menunjukkan komitmen untuk memperbaiki kesalahan.
Ini bukan perkara menang atau kalah, atau siapa yang paling benar. Tapi bagaimana kita bisa membawa hubungan menjadi lebih baik dan lebih dekat. Ibu Jagoan nggak malu minta maaf duluan meski itu bukan kesalahannya.
Bahkan ketika kita sepenuhnya tidak 100% setuju, kita bisa mencoba mencari persamaan atau bagian yang bisa disepakati. Misalnya ketika Ibu mertua mengambill alih tugas makan si kecil dengan menyuapinya, padahal Ibu sedang mengajarkan untuk makan sendiri dengan tertib.
Alih-alih ngomel dengan Ibu mertua, kita bisa coba sampaikan apa yang menjadi kekhawatiran Ibu mertua dan mengajaknya bersepakat, “Ibu gemes ya liat kakak makannya nggak selesai-selesai? Saya juga gemes sebenarnya, makannya jadi lama nggak selesai-selesai. Tapi sudah beberapa hari ini saya dan kakak membuat kesepakatan kalau jam makan dia harus makan sendiri, kalau makannya jadi lama itu konsekuensinya si kakak”.
Dalam begitu, Ibu sudah menunjukkan sikap bahwa tantangan tersebut akan dihadapi bersama dengan Ibu mertua dan bisa menjadi solusi untuk menambah kedekatan.
Ketika kita menyampaikan keberatan atau saat mendapat kritikan, penting bagi orang lain untuk tahu perasaan kita, tetapi kita juga harus berhati-hati untuk tidak menyakiti perasaan mereka dalam mengungkapkan emosi, terlebih lagi jika berhadapan dengan Ibu mertua yang tentunya sudah banyak melewati asam garam.
Ketika tiba-tiba Ibu mertua mengeluh anak laki-lakinya susah sekali untuk dihubungi, alih-alih menolak perasaan beliau dengan mengatakan, “Ya kan bapaknya anak-anak lagi sibuk banget Bu, jadi wajar kalau nggak bisa ditelepon”, kita bisa menggantinya dengan mencoba berempati atas apa yang beliau rasakan dengan berkata, “Iya ya Bu, akhir-akhir ini memang bapaknya anak-anak sedang sibuk, saya paham perasaan Ibu nanti coba saya sampaikan ke suami ya Bu, biar dia telepon Ibu akhir pekan ini”. Komunikasi perlu dilakukan secara efektif agar pesan dapat diterima dengan tepat sesuai maksud dan tujuan.
Kita sering punya asumsi, atau berharap orang lain seharusnya sudah paham sendiri dengan kondisi kita padahal mana ada orang bisa membaca pikiran orang lain? Kita terkadang punya harapan dan ekspektasi yang tidak realistis terhadap orang lain. Bagaimana orang lain bisa memenuhi kebutuhan kita kalau diri kita sendiri tidak bisa mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan kita.
Contoh kecil dari kebutuhan diri adalah sesederhana sarapan pagi atau bikin kopi, Bu. Sesekali ketika Ibu sedang ingin sarapan pagi atau bikin kopi, Ibu bisa minta bantuan Ibu mertua untuk titip anak-anak sebentar. Misalnya, “Bu, saya mau bikin kopi dan makan roti, boleh titip adik sebentar?”.
Menyampaikan apa yang kita butuhkan praktiknya memang tidak semudah bayangan. Kita bisa mengawali dengan mencari tahu apa yang kita butuhkan dan kemauan untuk tidak menyembunyikannya. Intinya harus jujur dengan diri sendiri dulu ya bu.
Bagi sebagian orang memberikan pujian itu sulit, untuk sebagian orang lain menerima pujian dengan baik juga ternyata tidak mudah. Apresiasi adalah mencari sisi positif meskipun itu hal kecil, hal seperti ini perlu dibiasakan didalam keluarga. Kita ambil contoh ketika anak tidak mau makan sayur, kemudian Ibu mertua menyarankan untuk membuat nugget sayur, kita bisa meresponnya dengan, “Wah ide Ibu menarik juga ya, saya nggak kepikiran sebelumnya, Bu”.
Kalimatnya singkat dan sederhana namun memberikan energi yang luar biasa. Siapa sih yang tidak berbunga ketika mendapat apresiasi? Tidak perlu menunggu siapa duluan yang memberikan apresiasi, mulai dari diri sendiri aja yuk Bu.
Sangat penting untuk menentukan batasan dengan Ibu mertua, bukan berarti mau kucing-kucingan ya tapi ini adalah salah satu kunci untuk memiliki hubungan yang sehat dengan siapapun. Menetapkan batasan dapat melindungi pernikahan, karena batasan adalah aturan yang Ibu jalani, maka penting untuk memberitahu Ibu mertua apa batasan itu sehingga mereka tidak secara sengaja melewatinya.
Terkait dalam menentukan batasan dengan Ibu mertua, misalnya; masalah keuangan, pengalokasian dana sepenuhnya menjadi urusan Ibu dan suami. Seharusnya Ibu mertua tidak perlu tahu karena kebutuhan rumah tangganya beda yah, Bu.
Biar saling terbuka, Ibu bisa manfaatkan aplikasi Jago yaitu Kantong Bersama sebagai rekening bersama pasangan. Jadi, kalau suami kasih “uang jajan” ke Ibu mertua, Ibu juga tetap bisa tahu dan nggak bikin canggung. Jangan lupa, batasan yang dibuat atas kesepakatan antara Ibu dan suami ya.
Perkara berkomunikasi agar lebih dekat dengan Ibu mertua ternyata susah-susah gampang yah, Bu?. Sebagai Ibu Jagoan memang kita harus pandai untuk selalu mencari cara agar dapat menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan kita pada orang lain. Tidak takut salah untuk mencoba hal-hal baru bisa membuat Ibu Makin Jago, karena selalu akan ada kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya bagi kita untuk memperbaiki kesalahan.
Ibu ingin jadi yang terdepan untuk mendapat informasi seputar Ibu Makin Jago? Yuk, gabung di Telegram Ibu Makin Jago sekarang! Semoga tips diatas bisa membantu Ibu Jagoan dalam berkomunikasi dengan Ibu mertua ya!